Tanggal 14 Agustus, hari ini, diperingati sebagai Hari Pramuka.
Ditetapkan sebagai Hari Pramuka karena pada tanggal 14 Agustus 1961
terjadi peristiwa pelantikan Majelis Pimpinan Nasional (Mapinas),
Kwartir Nasional (Kwarnas), dan Kwartir Nasional Harian (Kwarnari) di
Istana Negara yang diikuti dengan pawai Pramuka.
Membaca beberapa postingan mengenai Hari Pramuka, membawa pikiran saya untuk bernostalgia ke sekian tahun silam.
Pertama kali dan satu-satunya kegiatan Pramuka yang pernah saya ikuti
adalah ketika saya duduk di bangku sekolah dasar. Saya dan teman-teman
masuk ke dalam kelompok Penggalang. Saat mau mengikuti kegiatan
tersebut, saya meminta ibu untuk dibelikan perlengkapan Pramuka selain
baju seragamnya. Sebab di sekolah dasar tempat saya belajar, seragam
Pramuka sudah menjadi pakain seragam siswa di hari sabtu.
Ibu membelikan satu set perlengkapan Pramuka yang terdiri dari topi,
dasi, peluit beserta talinya, ikat pinggang, dengan tali dan pisaunya,
di Pasar Kebayoran Lama. Sementara untuk tongkat Pramuka, jika tidak
salah ingat, saya dan teman membelinya di penjual bambu yang berjualan
tak jauh dari lokasi sekolah untuk kemudian dipotong dan dicat. Karena
tak tahu ukuran, saya mengambil bambu berukuran cukup besar. Akibatnya,
tongkat tersebut terasa berat ketika saya bawa dalam kegiatan Pramuka
yang saya ikuti.
Dari kegiatan Pramuka, saya pertama kali mendengar lirik yang
belakangan sempat populer ketika dibawakan oleh kelompok Nasyid Raihan
dengan judul I’tiraf yang sebagian kata-katanya berbunyi kurang lebih
sebagai berikut :
Ilahilas tulil firdausi ahla,
wa laa afwa alannaaril jahiimi,
wahabli tawbatawwaghfir dzunuubi,
fainnaka ghoofiru dzanbil ‘adzhiimi
Saya hanya mengikuti kegiatan Pramuka yang dilakukan di siang hari
saja. Sementara kegiatan Pramuka semisal kemah ataupun yang perlu
menginap di sekolah seperti Persami, saya tak pernah ikut. Namun ada Ada
satu kejadian konyol yang saya dan teman-teman lakukan dalam satu
kegiatan Pramuka di sekolah. Kegiatan tersebut berupa permainan mencari
jejak atau menelusuri jalan sesuai dengan petunjuk yang diberikan di
setiap persimpangan jalan.
Saya yang ditunjuk sebagai ketua regu dengan penuh percaya diri
membaca petunjuk pertama kali yang diberikan yang isinya kurang lebih
berbunyi, “belok kanan melewati jalan yang dilapisi semen…”
Saya langsung teringat dengan jalan dengan kondisi seperti itu karena
sering saya lewati ketika berangkat ke sekolah. Saya pun langsung
membawa seluruh anggota regu menuju jalan yang saya maksud. Kondisinya
sesuai dengan petunjuk yaitu ke arah kanan dan dilapisi semen. Beberapa
regu yang berjalan di belakang regu saya pun mengikuti.
Setelah sampai di tujuan baru saya ketahui bahwa regu yang saya
pimpin dan beberapa regu yang lain salah jalan. Rute yang kami tempuh
ternyata jauh lebih singkat daripada yang seharusnya. Ternyata, ada
jalan lain yang kondisinya sama seperti petunjuk yang saya baca.
Akhirnya, seluruh anggota regu yang salah arah tersebut diberikan
hukuman
jika engkau telah merenungi semesta dan melihat luasnya lautan ilmu yang dimilikinya, maka engkau akan bertindak layaknya puisi dalam syair para pujangga
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
TENTANG NASA SUPER TRACE MINERAL
NASA Super Trace Mineral NASA Super Trace Mineral adalah suplemen mineral terlengkap yang mengandung 76 unsur mineral makro & mikro ...
-
Sangkuriang Legenda Sangkuriang memberikan pelajaran moral bahwa manusia tidak boleh hidup dalam kuasa ego, melainkan harus menggunakan...
-
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu. Aku akan berdo’a agar Allah menjaga jiwamu. Bila kutahu ini akan menjadi ter...
-
Hei kamu.. iya kamu, yang bernama jiwa manusia… Kamu merasa sudah lama mengaji, banyak ilmu yang dikuasai, berasa otak cerdas sekali… ...
No comments:
Post a Comment
Komentar boleh tapi tetep memegang teguh norma2 yang berlaku,belajar menghargai, dan saling menghormati